Back to blog
  • Article
  • 5 min read

Cybersecurity vs Zero-Trust Frameworks: Mana yang Lebih Efektif

Di era digital yang terus berkembang, keamanan siber menjadi prioritas utama bagi individu dan organisasi. Serangan siber semakin canggih, mulai dari peretasan data hingga ransomware yang menyebabkan kerugian besar.

Untuk mengatasi ancaman ini, dua pendekatan utama dalam keamanan sistem yang sering dibandingkan adalah Cybersecurity tradisional dan Zero-Trust Frameworks. Lalu, mana yang lebih efektif? Mari kita bahas lebih dalam.

 

Pengertian Cybersecurity dan Zero-Trust Frameworks

Cybersecurity Traditional

Cybersecurity tradisional mengacu pada pendekatan keamanan berbasis perimeter yang bertujuan untuk melindungi jaringan dengan berbagai alat seperti firewall, antivirus, sistem deteksi intrusi (IDS), dan sistem pencegahan intrusi (IPS). Konsepnya mirip dengan membangun benteng pertahanan: jika seseorang berhasil melewati tembok perlindungan, mereka dianggap aman.

Karakteristik utama cybersecurity tradisional:

- Menggunakan firewall dan antivirus untuk melindungi jaringan dari ancaman eksternal.

- Bergantung pada otentikasi awal untuk memberikan akses ke sistem.

- Kurang efektif dalam menghadapi ancaman internal yang muncul dari dalam jaringan.

- Sulit untuk menangani model kerja modern seperti remote working dan cloud computing.

 

Zero-Trust Frameworks

Zero-Trust Frameworks adalah pendekatan keamanan yang lebih modern, dengan prinsip utama "Jangan percaya siapa pun, selalu verifikasi." Tidak ada entitas yang dipercaya secara default, baik pengguna internal maupun eksternal. Sistem ini mengharuskan setiap permintaan akses untuk diverifikasi secara terus-menerus berdasarkan identitas, perangkat, dan lokasi.

Karakteristik utama Zero-Trust:

- Menggunakan otentikasi multi-faktor (MFA) untuk semua akses.

- Memastikan setiap pengguna hanya memiliki akses sesuai kebutuhannya (least privilege access).

- Menggunakan segmentasi mikro untuk membatasi pergerakan lateral dalam jaringan.

- Mengadopsi model keamanan berbasis cloud dan mendukung kerja jarak jauh dengan lebih aman.

 

Perbandingan Cybersecurity Tradisional dan Zero-Trust Frameworks

Aspek

Cybersecurity Tradisional

Zero-Trust Frameworks

Pendekatan

Keamanan berbasis perimeter

Verifikasi berkelanjutan

Keamanan Internal

Mempercayai pengguna internal

Tidak ada kepercayaan default

Otorisasi

Berdasarkan otentikasi awal

Autentikasi setiap permintaan

Respon Ancaman

Bereaksi setelah ancaman masuk

Pencegahan dengan verifikasi ketat

Cocok untuk

Jaringan dengan batas jelas

Jaringan modern berbasis cloud

 

Keunggulan Zero-Trust Dibanding Cybersecurity Tradisional

  1. Lebih Kuat dalam Menghadapi Ancaman Internal
    Cybersecurity tradisional cenderung menganggap jaringan internal sebagai lingkungan yang aman, sehingga kurang efektif dalam menghadapi ancaman yang berasal dari dalam. Zero-Trust, di sisi lain, mengasumsikan bahwa tidak ada lingkungan yang benar-benar aman dan selalu memverifikasi akses, sehingga lebih sulit bagi peretas untuk menyusup.

  2. Cocok untuk Model Kerja Jarak Jauh dan Cloud Computing
    Sejak pandemi, kerja jarak jauh dan adopsi cloud semakin meningkat. Model keamanan tradisional yang berbasis perimeter menjadi kurang efektif, karena pengguna mengakses data dari berbagai lokasi dan perangkat. Zero-Trust memungkinkan akses yang lebih fleksibel tanpa mengorbankan keamanan.

  3. Mengurangi Risiko Serangan Ransomware
    Ransomware sering memanfaatkan akses tidak terbatas yang diberikan kepada pengguna dalam model keamanan tradisional. Dengan Zero-Trust, akses pengguna dibatasi hanya pada sumber daya yang benar-benar dibutuhkan, sehingga mengurangi potensi penyebaran ransomware.

  4. Deteksi dan Respon Lebih Cepat
    Zero-Trust mengandalkan pemantauan berkelanjutan dan analisis perilaku pengguna untuk mendeteksi anomali lebih cepat dibandingkan cybersecurity tradisional, yang sering kali hanya merespons setelah serangan terjadi.

 

Tantangan dalam Menerapkan Zero-Trust

Meskipun Zero-Trust menawarkan banyak keunggulan, penerapannya tidak selalu mudah. Beberapa tantangan utama meliputi:

- Kompleksitas Implementasi: Memerlukan perubahan besar dalam infrastruktur TI dan kebijakan keamanan.

- Biaya Awal yang Tinggi: Investasi dalam teknologi otentikasi, enkripsi, dan segmentasi jaringan cukup mahal.

- Hambatan Pengguna: Pengguna yang terbiasa dengan sistem tradisional mungkin mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan verifikasi berulang.

 

Kombinasi Cybersecurity dan Zero-Trust: Pendekatan Terbaik?

Meskipun Zero-Trust lebih unggul dalam menghadapi ancaman modern, banyak organisasi memilih untuk menggabungkan elemen dari kedua pendekatan untuk menciptakan sistem keamanan yang lebih tangguh.

Contoh kombinasi strategi yang efektif:

- Menggunakan firewall dan IDS sebagai pertahanan garis pertama, tetapi tetap menerapkan otentikasi berlapis Zero-Trust.

- Menerapkan enkripsi end-to-end untuk memastikan data tetap aman, bahkan jika terjadi kebocoran.

- Mengintegrasikan pemantauan berbasis AI untuk mendeteksi ancaman secara real-time.

 

Kesimpulan

Cybersecurity tradisional dan Zero-Trust Frameworks memiliki keunggulan masing-masing. Jika Anda masih menggunakan model keamanan berbasis perimeter, mungkin sudah saatnya mempertimbangkan Zero-Trust untuk menghadapi ancaman modern. Namun, transisi ini memerlukan strategi yang matang dan investasi yang tepat.

Di dunia yang semakin digital dan penuh risiko, keamanan siber bukan lagi opsi, melainkan kebutuhan. Dengan memilih pendekatan yang sesuai, Anda dapat melindungi data, sistem, dan infrastruktur TI dari ancaman yang terus berkembang.

 

Jadi, apakah bisnis Anda siap beralih ke Zero-Trust? Atau masih mengandalkan model keamanan tradisional?

Related article

  • Article
  • 5 min read
Penyediaan Support untuk Virtual Machines(VM):Memastikan Efisiensi dan Ketersediaan Infrastruktur IT
  • Article
  • 10 min read
Troubleshooting Software Woes: Expert Tips for Swift Resolutions